Advertisement

Responsive Advertisement

MENGEMBANGKAN BUDAYA LITERASI MELALUI KEGIATAN TMBB GEMBIRA

 


0leh : Sri Puji Hastuti, S. Pd

(Mengajar di SMP NEGERI 2 CIKALONGWETAN)

Kegiatan dalam pembelajaran di sekolah kini menjadi kewajiban kesehatanku. Membuat peserta didik menjadi aktif, kreatif, bertanggung jawab, dapat mengintegrasikan nilai kerjasama itulah metode kerja kelompok (diskusi dan presentasi) yang dipakai untuk mengintegrasikan nilai karakter didalam pembelajaran.  Selain itu juga peserta didik diharapkan dapat menghargai pendapat temannya ketika sedang mempresentasikan hasil karya teman kelompoknya. Pembiasaan yang diterapkan ketika di awal kegiatan belajar mengajar biasanya 15 menit pada pukul 07.00 membaca surat pendek, itu salahsatu cara menerapkan nilai religius pada peserta didik. 

Setelah itu 10 menit membaca/literasi, biasanya peserta didik masing-masing sudah meminjam buku fiksi dari perpustakaan untuk dibawa setiap hari dan dibaca bersama-sama secara serentak. Biasanya diharuskan membuat daun literasi untuk membuat pohon geulis yang ada didalam kelasnya masing-masing. Selesai literasi, kemudian bercerita kepada peserta didik atau mengajak peserta didik untuk menyanyikan lagu daerah, untuk menerapkan karakter nasionalis. 

Kini budaya literasi menjadi satu-satunya jalan untuk kembali menumbuhkan cinta siswa siswi terhadap setiap buku bacaan. Sebagian besar siswa di SMP Negeri 2 Cikalongwetan belum begitu menyadari tentang arti pentingnya budaya literasi. Seharusnya sejak dini, kita mulai memperkenalkan buku-buku bacaan seperti buku dongeng, buku cerita bergambar, dan buku lain yang dapat menarik perhatian membaca seorang anak. Sehingga jika ia besar, ia akan terbiasa untuk membaca buku dan menyadari betapa pentingnya arti membaca. Sering kali saya memotivasi siswa siswi untuk membiasakan membaca buku yang saya tugaskan melalui jurnal membaca, karena membaca adalah budaya yang teramat penting bagi kita untuk menjadi bangsa yang kuat. Dengan sering membaca buku, kita dapat mengetahui segala macam informasi, pengetahuan, bahkan mampu mengelilingi dunia.

Melalui kegiatan TMBB di sekolah SMP Negeri 2 Cikalongwetan terdapat 25 siswa dan siswi ikut serta dalam kegiatan tersebut, sehingga dibimbing oleh 6 orang guru. Berkat motivasi dari pembimbing dan juga Ibu kepala Sekolah kami Ibu Endang Wahyu Widiasari,M.Pd. , siswa siswi pun mulai terbiasa dengan budaya literasi setiap harinya. Dalam setiap kegiatannya, setelah membaca diharuskan membuat revi MENGEMBANGKAN BUDAYA LITERASI MELALUI KEGIATAN TMBB GEMBIRAu , setelah itu dalam minggu ke 3, wajib untuk mempresentasikan dalam setiap kelompoknya yang dipandu oleh pembimbingnya masing-masing. Dalam kegiatan presentasipun tidak hanya sekedar menerima informasi dari setiap apa yang dibaca, namun keakraban dan saling berbagi pengetahuan kepada siswa lain. Berikut merupakan beberapa siswa yang sudah menyelesaikan review nya 

 Tidak hanya siswa saja yang terlibat dalam membuat review, tetapi guru pembimbing pun dan kepala sekolah pun diwajibkan membuat reviu dalam setiap bulannya. Karena salahsatu bentuk motivasi juga terhadap peserta TMBB supaya lebih semangat lagi membacanya. 

Selain itu, TMBB Gembira pun mempunyai pohon geulis yang diisi oleh setiap peserta dan guru. 

Pelaksanaan program gerakan literasi disekolah ini memang tidaklah mudah, sehingga salah syarat keberhasilan juga adalah telaten dan berkelanjutan. Besar harapan saya, kegiatan literasi yang sudah dilaksanakan di SMPN 2 Cikalongwetan bisa berkembang menjadi lebih baik lagi. 

Dalam managemen dan pengelolaan kelaspun pengaturan tempat duduk diatur secara variatif sesuai kebutuhan, ketika dikelas diterapkan metode kerja kelompok (diskusi dan presentasi) maka tempat dudukpun dibuat secara melingkar bersama teman sekelompoknya. Ketika peserta didik sedang berdiskusi dengan teman satu kelompoknya disitu peserta didik dapat mendapatkan nilai tanggung jawab dengan tugas-tugasnya yang, dan ketika sudah selesai maka bergantian secara berkelompok akan mempresentasikan apa yang sudah dikerjakannya.  

Satu persatu siswa menjelaskan apa yang sudah dibuat, maka harus dijelaskan kepada kelompok lain secara detail sampai teman kelompok lain sudah paham apa yang sedang dijelaskannya. Maka teman yang sedang menyimak jika tidak paham atau kurang mengerti diperbolehkan mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang sedang berdiskusi. 

Untuk kegiatan di luar pembelajaran atau ekstrakurikuler majalah dinding, metode yang diterapkan menggunakan metode Gallery Walk (Kunjungan Karya), kemampuan siswa menulis tugas dituangkan dalam kertas plano, lalu karya tersebut dipasang didinding agar terlihat oleh peserta didik yang lain, nilai integrasi karakter peserta didik kaitannya dengan interaksi. 

Selain itu ada pula kegiatan ekstrakurikuler dan pembiasaan pendidikan karakter disekolah seperti kegiatang ekstrakurikuler yang saya pegang adalah majalah dinding atau mading sekolah. Kebetulan saya memimpin peserta didik untuk mengembangkan bakat dan minatnya yang mereka bisa menuangkannya dalam bentuk tulisan. Tanpa diduga ternyata peserta didik pun ada banyak sekali bakat yang terpendam. Ketika mereka mengikuti kegiatan banyak sekali yang menuangkan ide dan gagasannya melalui menulis puisi, pantun. Ada pula yang membuat cerita drama dan cerita-cerita fiksi lainnya.

Karya sastra dikenal sebagai ciptaan yang disampaikan dengan komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan estetika. Karya sastra yang ditulis siswa berupa cerpen, puisi, esay, maupun pantun. Karya-karya yang sudah dibuat oleh siswa tersebut, tidak hanya dinikmati oleh dirinya saja tetapi juga dapat dinikmati oleh temannya. Karya kreatif siswa mempunyai makna bagi dirinya maupun orang lain. Mading sebagai ajang memperkenalkan karya kreatif siswa. Dalam menulis karya sastra siswa dianjurkan bisa lewat mendengarkan pembicaraan oranglain. Hal-hal uang unik yang diperoleh dari mendengarkan pembicaraan tersebut diolah sebagai tulisan dalam bentuk cerpen maupun puisi.

Majalah dinding merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang bergerak di bidang tulis menulis berupaya untuk mengambangkan gagasan, ide, minat dan bakat yang dimiliki siswa/siswi. Mading berperan dalam mengasah kemampuan siswa untuk belajar berorganisasi secara baik, melatih kedisiplinan karena harus bekerja sesuai jadwal, belajar untuk lebih kreatif dalam mencari ide-ide baru untuk tema dan tampilan mading, dan melatih siswa untuk bisa bertanggungjawab terhadap tugas yang harus dikerjakannya. 

Sesuai kesepakatan awal bersama anggota mading SMP Negeri 2 Cikalongwetan bahwa pengumpulan data atau informasi dari mading berasal dari pelajar itu sendiri. Dalam satu bulan, diharapkan dapat meluncurkan mading sebanyak dua kali, yaitu pada minggu ke-2 dan minggu ke-4. Mading SMP Negeri 2 beranggotakan 35 orang yang diikuti oleh siswa kelas VII dan kelas VIII. 

Manfaat yang kami rasakan dalam ekstrakurikuler mading adalah sebagai tempat silaturahmi, sebab di mading sendiri terdapat rubrik yang digunakan untuk tegur sapa antar pelajar. Apabila pelajar atau bahkan guru ada yang jenuh yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan yang monoton setiap harinya, di mading SMP Negeri 2 Cikalongwetan juga membuat cerita-cerita lucu yang bersumber dari pelajar. Dan masih banyak manfaat lain seperti tempat etalase karya-karya pelajar, baik karya ilmiah maupun non ilmiah. 

Model penataan pada mading selalu didiskusikan dengan setiap anggota. Sarana yang dipakai terbuat dari koran bekas, stearofom, kertas lipat atau pun kardus bekas, yang penting kelihatan unik dan menggugah orang lain untuk membacanya. Dalam pelaksanaan kegiatan anggota SMP Negeri 2 Cikalongwetan berusaha semaksimal mungkin untuk mensukseskan kegiatannya. Walaupun tak dapat dipungkiri dalam kegiatan ini terdapat beberapa hambatan.

“Segalanya tak ada yang sempurna” mungkin pepatah itu harus selalu kita pegang untuk lebih memperbaiki diri kita dan apa yang kita kerjakan di masa yang akan datang. Begitu pula halnya dalam pembuatan mading, setelah mading diterbitkan dan di baca oleh khalayak atau keluarga besar sekolah maka akan ada baiknya Tim Mading menerima penilaian-penilaian, kritik dan saran dari pembaca dapat dijadikan modal perbaikan di masa yang akan datang.

Untuk menerapkan karakter religius kepada peserta didik diakhir kegiatan pembelajaran biasanya ketika peserta didik diminta secara bergilir untuk memimpin doa penutup dikegiatan pembelajaran. Lalu pulang dengan secara bergiliran bersalaman kepada guru. Tetapi sebelum pulang, alangkah baiknya peserta didik untuk merapikan meja dan bangkunya masing-masing secara tidak disadari itu adalah cara penerapan kepada peserta didik pada karakter tanggung jawab.

Dalam menerapkan metode-metode dalam kegiatan pembelajaran manfaat kepada peserta didik pun sangat dirasakan. Salahsatunya bergotong royong. Untuk itu diharapkan kegiatan terakhir adalah kegiatan pendidikan karakter bersama orangtua dirumah, yang dilakukan pada hari sabtu dan minggu karena kebetulan disekolah kami diterapkan sekolah hanya 5 hari saja. Yaitu saat siswa berinteraksi dengan orangtua dan lingkungannya. 

Kedepannya saya berharap supaya dalam kegiatan pembelajaran dapat memperbanyak lagi metode-metode ketika menerapkan karakter kepada peserta didik terutama penerapaan pembiasaan dalam keagaamaan supaya peserta didik menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tetapi kenyataannya peserta didik dilingkungan keluarga sangat terpengaruh sekali oleh tayangan televisi dan media sosial yang tidak sesuai dengan kaidah agama, adat istiadat, hukum, dan moral sangat merasuki dan mempengaruhi sikap dan perilaku peserta didik, yang kemudian membuat bimbang peserta didik menentukan sikap dan langkahnya. 

Banyak sekali peserta didik yang tidak mengikuti nasehat dan petunjuk dari orangtua dan pendidiknya. Oleh sebab itu, keluarga dan sekolah harus saling berkomunikasi sejak peserta didik itu masuk sekolah dan sampai lulus dari sekolah, biasanya kegiatan ini sangat kurang dimaksimalkan dalam membantu peserta didik. Kini keluarga merupakan basis pondasi utama untuk membangun karakter peserta didik. Sedangkan sekolah menjadi wadah untuk pengembangan dan penguatan karakter tersebut untuk menjadi lebih tumbuh dan berkembang, menjadi kokoh untuk pribadi yang handal. Sehingga peserta didik dapat berkembang maksimal sesuai kemmapuan dan potensi yang dimilikinya untuk berkembang mencapai cita-cita yang sesuai dengan mereka inginkan.

Posting Komentar

0 Komentar